Minggu, 02 Oktober 2011

Pengertian Musik Keroncong


1.1 Pengertian Musik
Musik adalah 1 ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan; 2 nada atau suara yg disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yg menggunakan alat-alat yg dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam :
a. Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya.
b. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan dan disajikan sebagai musik.

1.2 Pengertian Keroncong
Keroncong merupakan sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah kerocong di Indonesia dapat ditarik hingga khir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco.

1.3 Sejarah Musik Keroncong
Keroncong dikatakan bermula di Pulau Jawa pada abad ke-16 sewaktu pengaruh Portugis mula bertapak di kawasan Tenggara Asia. Ketika itu, seni musik gamelan digemari di seluruh Pulau Jawa. Alat-alat musik Barat telah digunakan untuk memainkan lagu-lagu daerah termasuk gamelan.
Proses penyesuaian ini mengambil masa yang lama. Hasilnya seni musik keroncong menjadi sempurna pada akhir abad ke -19.Namun begitu corak musik keroncong ini berubah dari masa ke masa.
Bentuk seni keroncong dengan seni musik gamelan mempunyai beberapa aspek yang hampir sama misalnya rentak dan bentuk melodinya. Musik gamelan dimainkan dengan cara yang teratur, tetapi musik keroncong ditambah mengikuti perasaan pemain-pemainnya. Alat melodi dan bentuk suara yang digunakan dalam persembahan keroncong juga lebih luas.

1.4 Alat-alat Musik
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco, diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukelel, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunis keturuna budak Portugis dari Ambon yang tinggal di kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-”pribumi”-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti :
a. Sitar India
b. Rebab
c. Suling bambu
d. Gendang, Kenong, dan Saron sebagai satu set Gamelan.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup :
a. Ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E, sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong-crong sehingga disebut keroncong ditemukan tahun 1879 di Hawai dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
b. Ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F)
c. Gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kopntrapuntis (anti melodi)
d. Biola (menggantikan Rebab), sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang.
e. Flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta)
f. Selo betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato.
g. Kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya.
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
1.5 Jenis keroncong
Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.

1.6 Perkembangan musik keroncong masa kini
Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 [1] [2], dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 [3], di saat penemuan ukulele di Hawai [4] yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[5]
(a) Masa keroncong tempo doeloe (1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa keroncong millenium (2000-kini)

2 komentar:

Sandy Hendrawan mengatakan...

yang terhormat pemilik blog , saya sebagai salah satu pembaca blog ini menyampaikan satu saran kepada anda. sebelum anda mengepos suatu artikel ssebaiknya anda mengecek terlebih dahulu. karena menurut saya setelah membaca artikel ini mata saya merasa perih karena font , size , dan warna tidak sesuai. sebaiknya anda perbaiki sebelum pembaca artikel ini matanya sakit .

Unknown mengatakan...

Piye karepmu?

Posting Komentar